PENDAHULUAN
SIM (Sistem Informasi Manajemen)
adalah suatu sistem formal tentang golongan, dan penyebaran informasi kepada
orang-orang yang tepat dalam
suatu organisasi. Sistem yang telah maju tidak hanya mengerjakan fungsi tata
usaha akan tetapi juga memberikan bantuan pengambilan keputusan kepada manajemen. Meskipun jarang
terjadi, sistem terprogramkan mampu memonitor dan mengarahkan operasi-operasi
tertentu tanpa bantuan manusia. Data SIM terdiri atas data masukan, data
operasi, data keluaran, dan sebuah pengaturan
umpan balik. Data ini dikirimkan dan diolah oleh suatu unit pengolahan pusat
(CPU) di dalam komputer.
Arus informasi
merupakan catatan secara terus menerus tentang jumlah satuan informasi yang
banyak sekali. Agar menjadi efektif, maka SIM harus mendapat data
sedekat-dekatnya dengan titik asalnya dan kemudian menyalurkannya ke
tempat-tempat pengolah informasi di mana data itu akan digunakan. Data masukan
biasanya terdiri atas unsur-unsur seperti banyaknya bahan mentah, tanggal
penyerahan, harga produk, biaya tenaga kerja dan lainlain. Data operasi
meliputi unsur-unsur seperti angka produksi, biaya mesin, dan pekerjaan dalam proses. Data keluaran mengandung
informasi tentang unsur-unsur seperti barang-barang potongan, tingkat
inventaris akhir dan tanggal pengiriman. Data ini disampaikan melalui saluran
komunikasi ke unit pengolah yang dalam
sistem informasi yang kompleks terdiri atas komputer-komputer elektronik dan
perlengkapan-perlengkapan yang berhubungan.
Unit masukan
pencatat data pada umurnnya terdiri atas pencatatan dengan tangan oleh
orang-orang bila dikerjakan secara manual, dan dalam beberapa hal pencatatan data di atas kartu berlubang
(punched card) atau pita berlubang (punched tape). Apabila data bergerak menuju
ke unit pengolah, maka data tersebut disusun menjadi bentuk-bentuk yang lebih
berguna dan menjadi masukan ke dalam
proses perencanaan dan pemecahan masalah. Pengaturan umpan tralik (feedback loop) terdiri
atas saluran-saluran informasi yang menyampaikan masukan yang telah diolah.
PERUMUSAN
PERMASALAHAN
Dalam penulisan makalah
ini, penulis mengangkat permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Definisi pembuatan keputusan, jenis-jenis, tingkat pengambilan keputusan, dan cara menganalisis keputusan dalam
suatu organisasi.
2. Definisi SIM dan jenis-jenis SIM.
3. Bagaimanakah
peranan SIM dalam pengambilan keputusan di dalam
suatu
organisasi?
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI PEMBUATAN KEPUTUSAN,
JENIS-JENIS, TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN MENGANALISIS KEPUTUSAN
Salah satu kegiatan
manajemen yang penting adalah
memahami sistem sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan
yang tepat yang akan dapat memperbaiki hasil sistem keseluruhan dalam batas-batas tertentu. Dengan
demikian pengambilan keputusan adalah suatu proses
pemilihan dari berbagai alternatif baik kualitatif maupun kuantitatif untuk
mendapat suatu alternatif terbaik guna menjawab masalah atau menyelesaikan
konflik (pertentangan). Proses penurunan suatu keputusan mengandung empat unsur :
(1) Model : Model menunjukkan gambaran suatu rnasalah
secara kuantitatif atau kualitatif.
(2) Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan
tujuan dari keputusan yang
diamtril. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling bertentangan, maka pengambilan keputusan harus melalui kompromi (misalnya menambah jasa langganan
dan mengurangi persediaan, maka keputusan
mana yang diambil perlu kompromi).
(3) Pembatas; Faktor-faktor tambahan yang perlu
diperhatikan dalam memecahkan
masalah pengambilan keputusan. Misalnya dana yang kurang
tersedia.
(4) Optimalisasi: Apabila masalah keputusan telah diuraikan dengan
sejelasjelasnya (model), maka manajer menentukan apa yang diperlukan (kriteria)
dan apa yang diperbolehkan (pembatas). Pada keadaan ini pengambil keputusan siap untuk memilih pemecahan
yang terbaik atau yang optimum.
Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan Masalah dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di
antaranya bersifat sederhana dan deterministik, sedangkan yang lain bersifat
sangat kompleks dan probabilistik serta dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan dapat bersifat rutin dan memiliki struktur tertentu atau
dapat juga bersifat sangat kompleks dan tidak berstruktur. Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :
1.
Pengambilan keputusan terprogram
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang
bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis
adalah mengetahui jenis-jenis keputusan
ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila
hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu
algoritma untuk membuat keputusan
rutin dan otomatik. Dalam
kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang
sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan
keputusan yang terprogram ini
adalah membebaskan manajemen
untuk tugas-tugas yang lebih penting.
2.
Pengambilan keputusan tidak
terprogram
Menunjukkan proses
yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses-proses pengambilan keputusan
untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah
ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter-parameter yang diketahui
dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab
masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan,
ditambah dengan bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keputusan tidak terprogram
dengan baik. Perluasan fasilitas'fasilitas pabrik, pengembangan produk baru,
pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh
masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram.
Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan,
pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi
lainnya dalam menjawab masalah
dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara
langsung kepada mutu informasi yang mendasari tugas ini.
Pandangan terhadap pengambilan keputusan adalah bahwa proses ini merupakan proses penggunaan
informasi yang rasional, bukan proses yang emosional, Dalam hal ini, kesukaran-kesukaran dalam pengambilan keputusan dapat dikaitkan kepada: (a)
Informasi yang tidak cukup dan (b) Maksud dan tujuan yang tidak
dispesifikasikan secara jelas. Pengambil keputusan mempunyai suatu cara untuk dapat memahami informasi yang
menentukan efisiensi pengolahan informasinya. Pengetahuan seseorang yang lalu
digabungkan dengan kecakapannya mengolah informasi akan menentukan
kesanggupannya untuk mengambil keputusan.
Tingkat-Tingkat Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan
berkisar dari sangat rutin dan baku
(terprogram) sampai kompleks (tidak dapat diprogram). Untuk maksud klasifikasi,
maka pada dasarnya ada tiga tingkat pengambilan
keputusan.
(1)
Pengambilan keputusan tingkat strategis
Pengambilan keputusan strategis dicirikan oleh sejumlah besar ketidak pastian
dan berorientasi ke masa depan. Keputusan-keputusan ini menetapkan rencana
jangka panjang yang akan mempengaruhi keseluruhan organisasi. Pengambilan keputusan tingkat strategis misalnya perluasan pabrik, penentuan
produksi, penggabungan, penggolongan, pengeluaran modal dan sebagainya. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa strategi yang diputuskan itu berhubungan dengan
perencanaan jangka panjang dan meliputi penentuan tujuan, penentuan
kebijaksanaan, pengorganisasian, dan pencapaian keberhasilan organisasi secara
keseluruhan.
(2)
Pengambilan keputusan tingkat taktis.
Pengambilan keputusan taktis berhubungan dengan kegiatan jangka pendek dan
penentuan sumber daya untuk mencapai tujuan. Jenis pengambilan keputusan
irfi berhubungan dengan bidang-bidang seperti perumusan anggaran, analisis
ariran dana, penentuan tata ruang pabrik, masalah kepegawaian, perbaikan
produksi serta penelitian dan pengembangan. Bila pengambilan keputusan
strategis sebagian besar mengandung kegiatan perencanaan yang menyeluruh, pengambilan memerlukan gabungan dari
kegiatan perencanaan dan pengawasan. Jenis keputusan ini memiliki potensi yang kecil untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram.. Untuk sebagian besar aturan-aturan keputusan dalam pengambilan keputusan taktis tidak tersusun dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap kebiasaan sehari-hari dan peraturan
yang mengatur sendiri.
(3)
Pengambilan keputusan tingkat teknis.
Pada tingkat teknis, standar-standar
ditentukandan output bersifat deterministik (sifatnya menentukan). Pengambilan keputusan teknis adalah suatu proses yang dapat menjamin bahwa
tugas-tugas spesifik dapat dilaksanakan dalam
cara efektif dan efisien. Tingkat ini lebih ditekankan pada fungsi pengawasan
dan sedikit sekali fungsi perencanaan. Pada tingkat ini pengambilan keputusan
terprogram dapat dilaksanakan. Contoh jenis pengambilan keputusan
ini adalah penerimaan atau penolakan kredit, pengendalian proses, penentuan
waktu, penerimaan, pengiriman, pengawasan inventaris dan penempatan karyawan.
Suatu tingkat pengambilan keputusan yang berlainan memerlukan jenis informasi yang berbeda
pula. Para analis harus menyadari jenis-jenis pengambilan keputusan ini di dalam
sistem informasi guna memenuhi keperluan yang berbeda-beda, karena informasi
yang akan dihasilkan tergantung kepada keperluan-keperluan ini. Perlu
diperhatikan dan dipahami secara jelas bahwa dalam prakteknya di antara berbagai golongan pangambilan keputusan ini sering batas-batasnya
kabur dan malahan sering tumpang tindih. Walaupun garis-garis pemisahnya tidak
jelas atau kabur, namun sebagai seorang analis harus menyadari akan adanya
jenis-jenis pengambilan keputusan ini dan bagaimana sistem
informasi dapat dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang berlainan, sebab
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akan tergantung kepada
kebutuhan-kebutuhan ini. Dalam
banyak organisasi, keputusan-keputusan strategis dan taktis lebih
banyak diambil berdasar intuisi, pengalaman dan kemampuan interpretasi, dari pada
berdasar informasi dari sistem informasi formal.
Dalam lingkup manajemen usaha dan proyek, masalah yang muncul hampir seluruhnya
merupakan masalah yang usulan pemecahannya perlu dipertanggungjawabkan, bahkan
terkadang seluruh prosesnya perlu diungkapkan untuk dapat diperiksa. Hal ini
menuntut penggunaan pendekatan yang bersifat formil. Sebagai contoh, keputusan suatu perusahaan untuk
mengembangkan produk tidaklah dapat dilaksanakan secara intuitif. Seluruh
tahapan perlu dipaparkan untuk meyakinkan pemegang saham, direksi, bagian
teknik, bagian produksi dan pemasaran bahwa produk baru tersebut dapat dibuat
dan memang akan menguntungkan perusahaan. Melalui pendekatan formal semacam
ini, maka keputusan tidak saja
dibuat akan tetapi diungkapkan pada semua pihak yang berkepentingan, sebagai
usaha utama untuk meyakinkan pihak lain. Pendekatan formal ini membutuhkan
sistematika yang jelas, masuk akal, seluruh tahapannya mengikuti urutan yang
benar dan kesimpulan akhir merupakan hasil yang konsisten dari seluruh proses.
Informasi yang disusun secara teratur dan sistematik dan selalu diperbaharui
maka ia akan merupakan sarana pengambilan
keputusan tidak lain merupakan
usaha pentransformasian. Informasi ke dalam
bentuk usulan atau alternatif. Inti dari sistem informasi manajemen adalah penyusunan informasi
secara teratur dan sistematik mengikuti struktur organisasi dan digunakan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Dalam lingkup keputusan yang bersifat rutin maka sistem informasi manajemen merupakan alat Bantu informasi
yang terolah dengan baik dapat memberi arah pada keputusan yang baik tinggal
menambahkan faktor pertimbangan yang perlu dihasilkan oleh pengambil keputusan. Satu langkah yang lebih
kontemporer lagi, adalah dengan memasukkan beberapa aspek dari mekanisme keputusan ke dalam sistem informasi manajemen
tersebut, sehingga pengambil keputusan
pada dasarnya hanyalah tinggal memilih saja. Analisis Keputusan: Sebagian besar keputusan-keputusan yang dibuat dalam hidup kita ini adalah
berdasarkan intuisi. Kita mempertimbangkan pilihan-pilihan yang kita hadapi
berdasarkan informasi yang telah kita miliki dan sesuai dengan preferensi kita'
untuk kemudian dengan proses intuitif dapat menuju suatu tindakan yang
mencerminkan keputusan terbaik
yang kita pilih.
Ciri utama intuisi yang amat
mengganggu kita adalah kenyataan bahwa logika dari intuisi tidak dapat
ditelusuri secara rasional. Bila seorang Direktur perusahaan mengambil keputusan berdasarkan intuisi, mungkin
ia akan berkata, "saudarasaudara sekalian, saya telah membaca semua
laporan yang masuk dan setelah mempertimbangkannya masak-masak, saya kira
sebaiknya kita bergabung dengan Perusahaan X". Meskipun mungkin keputusan tersebut merupakan pemikiran
yang cemerlang, tetapi kita sama sekali tidak dapat mengevaluasinya. Tak ada
jalan atau alat analisis untuk memeriksa langkah demi langkah untuk menentukan
apakah keputusan tersebut
merupakan suatu konsekuensi logis dari pilihan-pilihan, informasi yang tersedia
dan preferensi pengambil keputusan.
Semuanya itu hanya berlangsung dalam
pikiran si pengambil keputusan
saja dan tidak dapat menerangkan secara jelas kepada orang lain. Dalam kehidupan modern, di mana saling
ketergantungan antar banyak unsur makin meningkat, maka makin pentinglah bagi
seorang untuk dapat menerangkan bagaimana ia dapat sampai pada suatu keputusan. Juga adalah hal yang amat
penting untuk dapat mengetahui bagaimana perubahan faktor-faktor yang
berpengaruh akan dapat mengakibatkan berubahnya keputusannya yang terdahulu.
Suatu proses pengambilan keputusan
yang bukan berdasarkan intuisi, tetapi berdasarkan tahapan-tahapan yang
sistematik dalam analisis keputusan ini. Analisis keputusan sebagai suatu prosedur untuk
menganalisis suatu persoalan keputusan.
Prosedur ini pada dasarnya merupakan suatu cara untuk memastikan bahwa
langkahlangkah yang penting telah benar-benar dilakukan. Sehingga sebagai satu
kesatuan yang lengkap, hasil yang diperoleh dapat diyakini kebenarannya. Dari
gambar diatas dapat dilihat bahwa di dalam
prosedur keputusan akan terdapat
tiga tahapan utama, yaitu
1) Tahap
deterministik Dalam tahap ini
perubah-perubah (Variable-variable) yang mempengaruhi keputusan perlu didefinisikan dan disalinghubungkan, perlu
dilakukan penetapan nilai, dan selanjutnya tingkat kepentingan perubah diukur
tanpa terlebih dahulu memperhatikan unsur ketidakpastiannya;
2) Tahap
probabilistik Ini merupakan tahap penetapan besarnya ketidakpastian yang
melingkupi perubah-perubah (variable-variable) yang penting dan menyatakannya dalam bentuk suatu nilai. Dalam tahapan ini juga dilakukan penetapan
preferensi atas risiko.
3) Tahap
informasional intinya adalah meninjau hasil dari dua tahap yang terdahulu guna
menentukan nilai ekonomisnya bila kita ingin mengurangi ketidakpastian pada
suatu perubah yang dirasakan penting. Dengan demikian dari tahapan ini kita
dapat menentukan apakah masih diperlukan pengumpulan informasi tambahan untuk
dapat mengurangi kadar ketidakpastian. Bila ternyata kita mendapatkan bahwa
nilai informasi lebih kecil dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan, maka
tak perlu kita mencari informasi tambahan, sehingga hasil dari proses
pertamalah yang kita jalankan.
Dalam hal yang sebaliknya, informasi baru
yang diperoleh mungkin saja akan mengubah model dan nilai kemungkinan untuk
perubah-perubah yang penting, dan jelas ini akan mengakibatkan bahwa ketiga
langkah tersebut harus diulangi kembali. Prosedur ini dapat diterapkan pada
berbagai situasi keputusan
seperti pada masalah komersial, yaitu dalam
memperkenalkan produk baru atau memperbaharui disain produk lama, dalam bidang militer, untuk pengadaan
senjata baru atau menentukan sistem pertahanan yang terbaik dalam menghadapi musuh; juga dalam bidang medis, untuk menentukan
prosedur perawatan pasien; dan tak lupa pula dalam masalah sosial, yaitu untuk pengaturan dan pelaksanaan
pengadaan fasilitas umum; dan terakhir dalam
persoalan pribadi, misalnya dalam
pemilihan mobil baru, rumah, pekerjaan yang sesuai atau segala situasi keputusan lainnya dimana dapat diteraphan
proses analisis yang logis.
2.
DEFINISI SIM DAN JENIS SIM.
Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem informasi
dikembangkan untuk tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan bisnis.
Sistem informasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Transaction
Processing Systems (TPS) TPS adalah sistem informasi yang terkomputerisasi yang
dikembangkan untuk memproses data dalam
jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan
inventarisasi. TPS berfungsi pada level organisasi yang memungkinkan organisasi
bisa berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Data yang dihasilkan oleh TPS
dapat dilihat atau digunakan oleh manajer.
2. Office
Automation Systems (OAS) dan Knowledge Work Systems (KWS) OAS dan KWS bekerja
pada level knowledge. OAS mendukung pekerja data, yang biasanya tidak
menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya menganalisis informasi sedemikian
rupa untuk mentransformasikan data atau memanipulasikannya dengan cara-cara
tertentu sebelum menyebarkannya secara keseluruhan dengan organisasi dan
kadang-kadang diluar organisasi. Aspek-aspek OAS seperti word processing,
spreadsheets, electronic scheduling, dan komunikasi melalui voice mail, email
dan video conferencing. KWS mendukung para pekerja profesional seperti ilmuwan,
insinyur dan doktor dengan membantu menciptakan pengetahuan baru dan memungkinkan
mereka mengkontribusikannya ke organisasi atau masyarakat.
3. Sistem
Informasi Manajemen (SIM) SIM
tidak menggantikan TPS , tetapi mendukung spektrum tugas-tugas organisasional
yang lebih luas dari TPS, termasuk analisis keputusan dan pembuat keputusan.
SIM menghasilkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan, dan juga dapat membatu menyatukan beberapa fungsi
informasi bisnis yang sudah terkomputerisasi (basis data).
4. Decision
Support Systems (DSS) DSS hampir sama dengan SIM karena menggunakan basis data
sebagai sumber data. DSS bermula dari SIM karena menekankan pada fungsi
mendukung pembuat keputusan
diseluruh tahap-tahapnya, meskipun keputusan
aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan.
5. Sistem
Ahli (ES) dan Kecerdasan Buatan (AI) AI dimaksudkan untuk mengembangkan
mesin-mesin yang berfungsi secara cerdas. Dua cara untuk melakukan riset AI
adalah memahami bahasa alamiahnya dan menganalisis kemampuannya untuk berfikir
melalui problem sampai kesimpulan logiknya. Sistem ahli menggunakan
pendekatan-pendekatan pemikiran AI untuk menyelesaikan masalah serta
memberikannya lewat pengguna bisnis. Sistem ahli (juga disebut knowledge-based
systems) secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang ahli
untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisasi. Berbeda dengan DSS, DSS meningalkan keputusan terakhir bagi pembuat keputusan sedangkan sistem ahli
menyeleksi solusi terbaik terhadap suatu masalah khusus. Komponen dasar sistem
ahli adalah knowledge-base yaikni suatu mesin interferensi yang menghubungkan
pengguna dengan sistem melalui pengolahan pertanyaan lewat bahasa terstruktur
dan anatarmuka pengguna.
6. Group
Decision Support Systems (GDSS) dan Computer-Support Collaborative Work Systems
(CSCW) Bila kelompok, perlu bekerja bersama-sama untuk membuat keputusan semiterstruktur dan tak
terstruktur, maka group Decision support systems membuat suatu solusi. GDSS
dimaksudkan untuk membawa kelompok bersama-sama menyelesaikan masalah dengan
memberi bantuan dalam bentuk pendapat,
kuesioner, konsultasi dan skenario. Kadang-kadang GDSS disebut dengan CSCW yang
mencakup pendukung perangkat lunak yang disebut dengan “groupware” untuk
kolaborasi tim melalui komputer yang terhubung dengan jaringan.
7. Executive
Support Systems (ESS) ESS tergantung pada informasi yang dihasilkan TPS dan SIM
dan ESS membantu eksekutif mengatur interaksinya dengan lingkungan eksternal
dengan menyediakan grafik-grafik dan pendukung komunikasi di tempat-tempat yang
bisa diakses seperti kantor.
3.
PERAN SIM PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dukungan sistem informasi manajemen pada pembuatan keputusan dalam suatu organisasi dapat diuraikan menurut tiga tahapan,
proses pembuatan keputusan,
yaitu pemahaman, perancangan (design), dan pemilihan. Dukungan SIM biasanya
melibatkan pengolahan, file komputer maupun non komputer. Pada tahap pemahaman
hubungannya dengan SIM adalah pada proses penyelidikan yang meliputi
pemeriksaan data baik dengan cara yang telah ditentukan maupun dengan cara
khusus. SIM harus memberikan kedua cara tersebut. Sistem Informasi sendiri
harus meneliti semua data dan mengajukan permintaan untuk diuji mengenai
situasi-situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus
menyediakan saluran komunikasi untuk masalah-masalah yang diketahui dengan
jelas agar disampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga masalahmasalah
tersebut dapat ditangani. Pada tahap ini juga perlu ditetapkan kemungkinan-kemungkinannya.
Dukungan SIM memerlukan suatu data base dengan data masyarakat, saingan dan
intern ditambah metode untuk penelusuran dan penemuan masalah-masalah.
Pada tahap perancangan (design),
kaitannya dengan SIM adalah membuat model-model keputusan untuk diolah berdasarkan data yang ada serta
memprakarsai pemecahan-pemecahan alternatif. Model-model yang tersedia harus
membantu menganalisis alternatif-altematif. Dukungan SIM terdiri dari perangkat
lunak statistika serta perangkat lunak pembuatan model lainnya. Hal ini
melibatkan pendekatan terstruktur, manipulasi model, dan sistem pencarian
kembali data base. Pada tahap pemilihan, SIM menjadi paling efektif apabila
hasil-hasil perancangan disajikan dalam
suatu bentuk yang mendorong pengambilan
keputusan. Apabila telah
dilakukan pemilihan, maka peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk
umpan balik dan penilaian kemudian. Dukungan SIM pada tahap pemilihan adalah
memilih berbagai model keputusan
melakukan analisis kepekaan (analisis sensitivitas) serta menentukan prosedur
pemilihan. Dukungan SIM untuk pembuatan keputusan
terdiri dari suatu database yang lengkap, kemampuan pencarian kembali database,
perangkat lunak statistika dan analitik liainnya, serta suatu dasar model yang
berisi perangkat lunak pembuatan model-model keputusan. Pada dasarnya peranan SIM tersebut pada proses pemahaman,
.yang menyangkut penelitian lingkungan untuk kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Istilah pemahaman di sini
mempunyai arti sama dengan pengenalan masalah. Kemudian pada proses perancangan
serta pada prosed pemilihan. Sering orang menyatakan bahwa komputer akan
mengambil keputusan, ini
merupakan suatu pemyataan yang salah kaprah dan tidak mengetahui letak peranan
komputer serta bagaimana suatu proses pengambilan
keputusan dilakukan. Keputusan sebenarnya hanya dapat
diambil atau dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, manusia pengambil keputusan harus selalu menjadi bagian
dari suatu pemilihan.
Suatu algoritma keputusan, suatu aturan keputusan atau suatu program komputer
hanya membantu dengan memberikan dasar untuk suatu keputusan, akan tetapi pemilihan keputusan dilakukan oleh seorang manusia. Pernyataan komputer
mengambil keputusan pada umumnya
didasarkan atas anggapan bahwa beberapa keputusan
dapat diprogramkan, sedangkan keputusankeputusan yang lain tidak. Hal ini
mengingatkan bahwa klasifikasi tentang keputusan
terprogram dan tidak terprogram sangat penting untuk perancangan SIM. Ada suatu kecenderungan di
antara para perancang SIM untuk beranggapan, bahwa suatu database (pusat data)
saja akan banyak memperbaiki pengambilan
keputusan. Pandangan demikian
sebenarnya telah mengabaikan akan adanya tiga unsur dalam pengambilan keputusan yang berperan penting,
yaitu; data, model atau prosedur keputusan,
dan pengambil keputusan, itu
sendiri. Oleh karena itu pengambilan
keputusan dapat diperbaiki
dengan data yang lebih baik, model keputusan
yang lebih baik, atau pengambil keputusan
yang lebih baik (lebih terlatih, lebih banyak pengalaman, dan sebagainya).
Pada dasarnya, suatu sistem
informasi memiliki sifat yang hampir sama dengan sistem produksi yang mengkonversikan
bahan baku menjadi produk yang mungkin langsung
digunakan oleh konsumen atau menjadi bahan baku untuk fase konversi berikutnya. Sistem
informasi mengkonversi data kasar menjadi suatu laporan yang dapat dipakai atau
menjadi input untuk proses lanjutan. Banyak manajemen yang tidak puas dengan sistem informasi mereka dan
secara tajam langsung menyalahkan sistem komputer.
Tiga alasan yang dapat menimbulkan
hal ini adalah:
(a) Besarnya
harapan yang tidak terpenuhi.
(b) Tidak
tepatnya analisis system
(c) Sindroma
komputer yaitu anggapan bahwa komputer mampu menanggulangi segala kelemahan manajemen. Komputer hanya dapat
dimanfaatkan bila telah dianalisis berdasarkan perbandingan biaya dengan
efektifitasnya dan digunakan secara layak. Keunggulan komputer sebagai suatu
alat terletak di dalam
kemampuannya mengolah data yang banyak dan kompleks serta melakukan
perhiturgan-perhitungan yang rumit dalam
waktu yang singkat.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya
adalah kemauan orang-orang di dalam
manajemen untuk bersikap terbuka
dalam menyampaikan
masalah-masalah yang ingin dibantu pemecahannya dengan menggunakan komputer.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah organisasi, apalagi
organisasi yang besar yang memiliki jaringan transaksi yang cukup besar, sangat
membutuhkan tersedianya informasi. Selain itu adanya departemenisasi dalam suatu organisasi, kebutuhan
informasi bukan merupakan persoalan yang sederhana. Kebutuhan informasi bukan
hanya berkaitan dengan relasi di luar organisasi, tetapi juga berkaitan dengan
personil yang ada pada departemen dalam
organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dan
komunikasi yang sistematik. Semakin kompleksnya kegiatan dan berkembangnya
unit/satuan/departemen yang ada dalam
suatu organisasi, semakin mempersulit koordinasi dan komunikasi apabila tidak
diciptakan suatu sistem. Apabila hal itu terjadi, maka akan menimbulkan
kesulitan dalam pengambilan keputusan.
B.
Saran
Kami menyarankan kepada semua pengguna Sistem
Informasi Manajemen untuk memperhatikan aspek-aspek dalam pemgambilan
keputusan. Misalnya: jenis-jenis,
tingkat
pengambilan keputusan
dan menganalisis keputusan agar tujuan
perusahaan tercapai seperti apa yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad, dkk. 2000. Pengantar Bisnis.
Penerbit gramedia pustaka Utama, Jakarta.
Handoko Hani. 1991. Manajemen
Proyek & Teknologi. Penerbit Grafindo, Jakarta
www.google.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar